BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril dengan
cara mutawatir (berangsur-angsur) dan bernilai ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur`an sebagai kitab samawi terakhir yang diberikan kepada Muhammad
sebagai penuntun dalam rangka pembinaan umatnya sangatlah fenomenal. Lantaran
di dalamnya sarat nilai-nilai yang unik, pelik dan rumit sekaligus luar biasa.
Hal ini lebih disebabkan karena eksistensinya yang tidak hanya sebagai ajaran
keagamaan saja, melainkan ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai
semenjak hulu peradaban umat manusia hingga hilirnya.
Diantara nilai-nilai
tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat ilmiah dan muatan
hukum yang terkandung didalamnya. Saking pelik, unik, rumit dan keluar
biasaanya tak pelak ia menjadi objek kajian dari berbagai macam sudutnya, yang
darinya melahirkan ketakkjuban bagi yang beriman dan cercaan bagi yang ingkar.
Namun demikian, seiring
dengan waktu dan kemajuan intelekstualitas manusia yang diikuti dengan
perkembangan ilmu pengetahuan modern, sedikit demi sedikit nilai-nilai tersebut
dapat terkuak dan berpengaruh terhadap kesadaran manusia akan keterbatasan
dirinya, sebaliknya mengokohkan posisi Al-Qur`an sebagai kalam Tuhan yang Qudus
yang berfungsi sebagai petunjuk dan bukti terhadap kebenaran risalah yang
dibawa Muhammad. Serentetan nilai Al-Qur`an yang unik, pelik, rumit sekaligus
luar biasa hingga dapat menundukkan manusia dengan segala potensinya itulah
yang lazimnya disebut dengan mu’jizat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Mukjizat mukjizat?
2. Apa Pengertian Al-Qur’an?
3. Pengertian Kemukjizatan Al-Quran?
4. Apa ayat-ayat tantangan Al-Quran terhadap orang
yang membuat Al-Quran?
5. Apa Macam-macam Mukjizat?
6. Bagaimana faham Al-shirfah tentang Mukjizat dan
Penolakannya?
7. Apa saja Faktor-faktor Kegagalan Menandingi
Al-Qur’an?
8. Bagaimana Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi
tugas Ulumul Qur’an
2. Untuk mengetahui seluk-beluk
Mu’jizat Al-Quran dan menambah wasan pengetahuan, khususnya dalam bidang Kemukjizatan
Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mukjizat
Mukjizat adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan (khariqul adat). Mukjizat hanya diberikan
kepeda Nabi sebagai bukti kenabiannya. Menurut ahli para ilmuan kalam,
kalamullah adalah ucapan Allah SWT. Yang sudah ada sejak zaman azali. Sementara
menurut para ahli tafsir, kalamullah adalah firman Allah SWT, yang diturunkan
kepada rosul-rosulnya untuk sisampaikan kepada seluruh umat.[1]
Kata mukjizat dalam
kamus besar bahasa Indonesia sebagai”kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh
kemampuan manusia”.[2]”Pengertian ini tentu
tidak
akan sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh agama
islam yaitu dilihat dari tinjauan
bahasa arab” kata mukjizat pada hakikatnya terbentuk dari kata bahasa arab
a’jaza (melemahkan atau menjadikan tidak mampu”.Lalu melalui proses pentafsiran kata tersebut
menjadi mu’jiz yang artinya orang yang melemahkan
أَعْجَزَتُ
أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَاب فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ
“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)
Kemudian
bila kemampuannya untuk melemahkan pihak lain amat
menonjol sehingga mampu membungkamkan
lawan,
maka ia dinamai mu’jizatun, tambahan ta’ marbutoh pada akhir kata ,mengandung
makna mubalaghoh (superlatif).[3]Jadi
bisa di simpulkan bahwa mukjizat adalah sebuah
peristiwa yang terjadi pada seseorang yang mana peristiwa itu membuat orang
terbungkam ketika melihat peristiwa
tersebut
dan kejadian tersebut tidak bisa dinalar oleh rasio.
Pakar
ulama agama islam mendefinisikan Al- Qur’an antara lain, sebagai sesuatu hal
atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi,
sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu untuk melakukan
atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.[4] Oleh karna itu mukjizat-mukjizat yang diberikan
Allah kepada nabi-nabinya tidak akan sama.Jadi
bisa di ambil kesimpulan bahwa setiap nabi pasti memiliki mukjizat
sendiri-sendiri dan mukjizat tersebut merupakan senjata untuk melakuklan penyiaran
agama islam.Setelah mamahami tentang pengertian mukjizat dari berbagai aspek ,
tentu kita perlu mengetahui bentuk-bentuk mukjizat secara histories, akan
tetapi dengan begitu banyaknya bentuk-bentuk mukjizat rasanya tidak akan cukup
untuk dibahas semunya, oleh karna itu, untuk mengetahui bentuk-bentuk mukjizat
kita ambil secara garis besarnya.
B. Pengertian Al-Quran
Al-Quran sabagai kitab suci terakhir yang dari
allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad lalu
disampaikan kepada umat manusia yang dijadikan pedoman hidup dan rujukan dari
cabang-cabang ilmu.Al-Quran menurut kemasyhurannya berasal dari kata”qoroa”
yang berarti bacaan.[5] pendapat ini dikuatkan oleh surat Al-Qiyyamah
yaitu”Sesungguhnya kami yang
mengumpulkannya (di dalam) dan membuatmu pandai mambacanya lalu ikutilah
bacaanya itu”
ada juga yang mengatakan bahwasannya pemberian
nama al-quran merupakan nama yang langsung diberikan oleh allah[6].Pendapat in mengambil rujukan surat
al-baqorah ayat 185 yaitu”bulan ramadhan
adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-quran, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara
yang benar dan yang batil) “
Menurut Jalaludin Asy syuyuthi yang dikutip
oleh Drs.Moh Chadziq Charisma memberikan pengrtian bahwasannya alquran adalah
kalamullah atau firman allah , diturunkan kepada nabi Muhammad saw untuk
melemahkan orang-orang yang menentangnya, sekalipun dengan surat yang terpendek
, membaca termasuk ibadah.[7]
Dari sebagian pandapat-pendapat tersebut, bisa
diambil pemahaman , bahwasannya diturunkan kepada nabi secara berangsur-angsur
lalu disampaikan kepada manusia, yamg berfungsi untuk menjawab sebuah
permasalahan-permasalahan tentang agama yang dilontarkan oleh kaum-kaum kafir,
selain hal tersebut al quran juga digunakan sebagai sumber hokum yang sifatnya
permanen dan sudah tidak bisa diganggu gugat tentang hokum-hukum yang telah
ditentukan oleh alquran(hukum allah).sementara itu nabi berperan sebagai
mediator untuk memberikan penjelasan tantang alquran .
C.Pengertian
Kemukjizatan Al-Qur’an
Berdsarkan sifatnya,
mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Sangatlah berbeda
dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu. Jika para
nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan Al-Qur`an bersifat maknawy /
immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar yaitu ;
pertama, para nabi sebelum Muhammad SAW Ditugaskan pada masyarakat dan masa
tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan Al-Qur`an
tidak terbatas pada masyrakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang
masa.
Kedua, secara historis-sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami
perkembangan. Auguste Comte(1798-1857) sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab-
ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembangannya mengalami tiga fase.
Pertama Fase keagamaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia ia
mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi pada kekuatan Tuhan atau
dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase metafisika, yaitu manusia
berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan pada sumber dasar
atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam menafsirkan
gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen
sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut.[8] Posisi
Al-Qur`an sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga dimana ditengarahi bahwa
potensi pikir-rasa manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan
eternal.
D. Ayat-ayat
tantangan Al-Quran terhadap orang yang membuat Al-Quran
1. Mu’jizat
Dalam Tantangan Ayat Al-Qur’an[9]
Sub bab ini
adalah untuk menjawab pertanyaan “apakah semua kandungan Alquran dimaksudkan
dalam tantangan untuk membuat tandingan Alquran ketika turunnya?” tentu saja
tidak karena bangsa Arab kala itu tidaklah mengenal kandungan-kandungan
Alquran, seperti hukum, ilmu dan lain sebagainya.
Mu’jizat
bahasa adalah hal yang paling utama dalam tantangan ini,karena unsur itulah
yang menjadi perhatian kaum Quraysy saat itu. Keindahan eksternal maupun
internalnya merupakan hal yang dipuji sekaligus diingkari oleh kaum Quraysy.
Uslubnya,
tasybih, majaz, kinayah, fasohah, balaghah, ma’ani, qashr, washl, fashl, ijaz,
irama (musiqul uslub, musiqul wazan dan musiqul fawasil), saja’, tajanus,
husnut taqsim, jinas, tarshi’, tasythir, raddul I’jaz alas shudur,
tauriyah,tibaq, muqabalah dan lain sebagainya adalah unsur-unsur yang menjadi
keindahan bahasa Alquran dalam pandangan ilmu Balaghah. Seperti ayat :
يوم تقوم
الساعة يقسم المجةمون ما لبسوا غير ساعة # فأما اليتيم فلا نقهر و أما السائل فلا
تنهر # إن الأبرار لفى نعيم و إن الفجار لفى جحيم # و تخشى الناس و الله أحق أن
تخشاه # و هو الذى يتوفاكم بالليل و يعلم ما جرحتم بالنهار # و تحسبهم أيقاظا و هم
رقودا # لكيلا تأسوا على ما فاتاكم و لا تفرحوا على ما أتاكم
Menurut
sebagian besar ulama keummiyan rasul juga terkandung didalamnya.[10]
2. Tantangan
Allah Untuk Membuat Tandingan Al-Qur’an.[11]
Paling tidak ada empat ayat yang merupakan tantangan bagi mereka yang tidak
mempercayai kebenaran Alquran saat itu, keempat ayat itu adalah :
و إنكنتم فى
ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله و ادعوا شهداءكم من دون الله إتكنتم
صادقين ( البقرة : 24 )
Dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami wahyukan kepada hamba
kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan Alquran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(
al-Baqarah: 24 )
أم يقولون
افتراه قل فأتوا بسورة مثله و ادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم صادقين ( يونس
: 37 )
Atau
(patutkah) mereka mengatakan “ Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah : “(kalau
benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpanya dan
panggilah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar”. ( Yunus : 38)
ام يقولون
افتراه قل فأتوا بعسر سور مثله مفتريات و ادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم
صادقين ( هود : 13 )
Bahkan
mereka mengatakan :” Muhammad telah membuat-buat Alquran itu”, katakanlah:”(
kalau demikian ), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain
Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.( Hud : 13)
فليأتوا
بحديث مثله إن كانوا صادقين ( الطور : 34 )
Maka
hendalah mereka mendatangkan kalimat kalimat yang semisal dengan Alquran itu
jika mereka orang-orang yang benar (At-at-Thur : 34)
Tapi ada
juga pendapat yang mengatakan bahwa ayat yang merupakan tantangan untuk membuat
tandingan Al—Qur’an hanya ada tiga ayat, dalam arti tiga tingkatan. Seperti
Manna qaththan yang mengatakan memberikan tiga tingaktan tantangan dengan empat
ayat, yang pertama adalah Al-Isro ayat 88 yang berbunyi:
قل لئن
اجتمعت الإنس و الجن على أن يأتوا بمثل هذا القرأن لا يأتون بمثله و لو كان بعضهم
لبعض ظهيرا
Artinya:
katakanlah:”sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa dengan Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun mereka menjadi pembantu dengan yang lainnya”
Diteruskan
dengan membuat sepuluh surat saja pada surat Hud ayat 13, yang kalau itu juga
mereka tidak mampu maka diteruskan untuk membuat satu surat saja yaitu pada
surat Yunus ayat 38 yang kemudian diulangi pada surat al-Baqarah ayat 24.
E.
Macam-macam Mukjizat
Secara
garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang
bersifat material, indrawi, lagi tidak kekal dan mukjizat imaterial logis lagi
dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat-mukjizat nabi dahulu merupakan jenis
mukjizat yang pertama, sementara mukjizat jenis kedua adalah mukjizat dari
Rasulullah saw yaitu Al-Quran.[12] Mukjizat ini mempunyai sifat yang fleksibel dan selalu terjaga kemurniannya
sepanjang masa, dikarnakan mukjizat Al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang
yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.[13]Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok: [14]
1. Para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW,
ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat
mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah
mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad yang diutus
seluruh umat manusia sampai akhir zaman sehingga bukti ajaranya harus selalu
ada dimana dan kapanpun berada.
2. Manusia mengalami perkembangan dalam
pemikiranya. Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad membutuhkan bukti
kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus
demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah
manusia mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat
indrawi tidak dibutuhkan lagi.Untuk membahas lebih lanjut tantang kemukjizatan
AlQuran tentu kita perlu memahami betul tentang Al-Quran dari segi pengartian,
cara nabi manerimanya, cara pemeliharaannya dan lain-lain.
F. Faham
Al-shirfah tentang Mukjizat dan Penolakannya[15]
Sebagai mana keterangan
yang saya ambil dari bukunya M.Quraish shihab mengatakan bahwa paham Ash-syarifah
terambil dari akar sharafa yang berarti mamalingkan manusia dari upaya membuat
semacam al-Quran, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan
mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan al-Quran lahir dari factor eksternal,
bukan dari al Quran itu sendiri. Para paham ini berbeda jawaban dalam
menanggapi permasalah tentang factor eksternal di dalam al-Quran yaitu.
Pertama
bahwa semangat mereka untuk menantang dilemahkan oleh Allah. sebagai mana
ilustrasi seandainya seseorang menantang anda, kemudian ada pihak ketiga
berkomentar,” mengapa harus melawannya. Jika anda menang, maka itu wajar karena
yang anda lawan anak kecil; dan kalau kalah, anda akan malu.”demikianlah makna
semangat mereka dilemahkan Allah.
Kedua,
manyatakan bahwa cara Allah memalingkan adalah dengan mencabut pengetahuan dan
rasa bahasa yang mereka miliki dan yang diperlukan guna lahirnya susunan
kalimat serupa al-Quran. Hal ini memberikan pemahaman seolah-olah tidak dalam
keadaan fair.
Menanggapi
permasalahan tersebut M.Quraish Shihab mengemukakan
pendapatnya yaitu andaikan demikian apa dasar yang digunakan untuk mengatakan
bahwa ada factor ekstern untuk melemahkann semangat mereka ? disisi lain apa
dasar pendapat ini ? sejarah tidak menerangkan hal tersebut. Pada hal sejarah
menyebutkan bahwa mereka telah sekuat tenaga untuk menghalangi laju ajaran
al-quran dengan menggunakan segala cara yang mereka mampu lakukan, namun mereka
tak kuasa untuk menandingi al-Quran. Demikianlah, terlihat kerapuhan pendapat
paham yang menduga bahwa kemukjizatan al-quran bukan pada keistimewaan yang
dimilikinya, tetapi lahir dari factor eksternal.
G. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Kegagalan dan Ketidakmampuan Bangsa Arab dalam Menandingi al-Quran[16]
1.
Ketika menyusun syi’ir-syi’ir atau
teks lisan lainnya, bangsa arab hanya mampu mensifati benda-benda yang bisa
dilihat, seperti kuda, unta, perempuan, dll. Namun al-Quran, selain mensifati
benda-benda yang bisa dilihat, tapi juga mampu memaparkan hal-hal ghaib,
termasuk sejarah-sejarah masa lalu dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
2.
Bagaimanapun hebatnya para pujangga
dan orator Arab dalam menyusun kata-kata dan merangkai kalimat, mereka tidak
mampu menyusun kata dan rangkaian kalimat yang semuanya fasih dan baligh.
Sedangkan semua susunan kata dan rangkaian kalimta al-Quran fasih dan baligh,
sehingga tidak seorang pun mampu menandinginya.
3.
Ketika para sastrawan Arab
berulang-ulang memberikan sifat tentang sesuatu benda atau peristiwa yang
terjadi dengan kalimat berbeda-beda, maka kalimat yang kedua berbeda maksudnya
dengan kalimat yang pertama. Tetapi al-Quran tidaklah demikian, sekalipun kalimat
yang satu diulang-ulang dengan menggunakan kalimat yang lain, namun ayat-ayat
al-Quran tidak berubah dari tujuan yang semula, bahkan akan menambah
kefasihannya.
4.
Para sastrawan Arab yang
paling tersohor sekalipun, hanya dapat menyusun syi’ir yang fasih dan baligh
hanya dalam satu bidang saja, sedang dalam bidang lainnya tidak. Tetapi
al-Quran semua susunan kalimat dan ayat –ayatnya fasih dan baligh.
5.
Kandungan syi’ir –syi’ir para
pujangga dan sastrawan Arab banyak berisi kebohongan dan kepalsuan, namun semua
kandungan al-Quran sangat bersih dari kedustaan dan kepalsuan.
H. Segi-segi
Kemukjizatan Al-Qur’an
Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy
dalam tulisan Usman menyebutkan segi-segi kemukjizatan al-Quran, yaitu:
- Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh orang-orang Arab
- Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang dimiliki oleh bangsa Arab
- Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk termasuk jenis manusia
- Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan lainnya
- Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran itu sendiri
- Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
- Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
- Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
- Dapat memenuhi kebutuhan manusia
- Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-musuhnya
- Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.[17]
Al-Mawardi dalam tulisan Hasbi ash-Shiddiqie
menerangkan dua puluh hal yang menunjukan kemukjizatan al-Quran.[18]
- Kefashahan al-Quran dan cara penjelasannya
- Keringkasan lapad al-Quran, tapi sempurna maknanya
- Nazham uslub-nya yang unik. Ia tidak termasuk ke dalam kalam yang ber-nadzam, tidak termasuk ke dalam syi’ar atau rajaz, tidak bersajak dan bukan pula bersifat khatbah.
- Banyak makna-maknanya yang tidak dapat dikumpulkan oleh oleh pembicaraan manusia.
- Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.
- Al-Quran mengandung berbagai hujjah dan keterangan untuk menetapkan ketauhidan dan menolak i’tiqad-i’tiqad yang salah
- Al-Quran mengandung khabar-khabar orang yang telah lalu dan umat-umat purbakala.
- Al-Quran mengandung khabar-khabar yang belum terjadi, kemudian terjadi persis sebagaimana yang dikhabarkan.
- Al-Quran menerangkan isi-isi hati yang tidak dapat diketahui melainkan oleh Allah sendiri.
- Lafad-lafad al-Quran melengkapi jazal mustarghab dan sahl al-mustaqrab. Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazal-nya dan tidak dipandang mudah sahl-nya.
- Pembacaan al-Quran mempunyai khushusiyah dengan kelima penggerak yang tidak didapatkan pada selainnya. Pertama, kelembutan tempat keluarnya. Kedua, keindahan dan kecantikannya. Ketiga, mudah dibaca nadzam-nya dan saling berkaitan satu sama lain.Keempat, enak didengar, dan kelima, pembacanya tidak jemu membacanya dan pendengarnya pun tidak bosan mendengarnya.
- Al-Quran dinukilkan dengan lafad-lafad yang diturunkan. Jibril menyampaikannya dengan lafad dan nazham-nya. Rasul pun meneruskan kepada umat persis sebagaimana yang diterima dari Jibril.
- Terdapat makna-makna yang berlainan di dalam sesuatu. Yakni di dalam sesuatu surat itu kita mendapatkan berbagai rupa masalah. Kemudian masalah-masalah itu kita temukan di dalam surat-surat lain
- Perbedaan ayat-ayatnya, ada yang panjang dan ada yang pendek, tidak mengeluarkan al-Quran dari uslub-nya.
- Walaupun kita sering sekali membacanya, namun kita tidak dapat mencapai kepashahannya, karena al-Quran itu di luar tabi’at manusia.
- Al-Quran mudah dihapal oleh segala lidah.
- Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat pembicaraan terbagi tiga:
- Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
- Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagaian manusia
- Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup dicapai oleh golongan a dan b.
- Tambahan yang disisipkan atau pengubahan lafad-lafadnya dapat diketahui.
- Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran.
- Allah memalingkan manusia dari menentangnya
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Menanggapi masalah
definisi mukjizat yang telah dihadirkan para ulama, penulis lebih cenderung
pada makna “bukti”, hal ini didasarkan pada bahwa kata “mukjizat” tidak
ditemukan dalam al-quran melainkan kata “ayat”. Bukti-bukti inilah yang luar
biasa sehingga manusia khusunya masyarakat Arab ketika itu bertekuk lutut atau
paling tidak sebenarnya mereka mengakuinya. Diantara bukti-bukti yang luar
biasa tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat ilmiyah dan
muatan hukum yang terkandung didalamnya.
Ditilik dari
kebahasaan, Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar biasa baik yang dihasilkan
dari pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya, efek fonologi
terhadap nada dan irama yang sangat berpengaruh terhadap jiwa penikmatanya atau
efek fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat
makna. Ditambah lagi adanya keseimbangan redaksinya serta keseimbangan antara
jumlah bilangan katanya. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya
sebagai seambrek simbul yang sangat kominikatif lagi fenomenal.
Tak kalah serunya
Al-Qur`an dilihat dari demensi ilmiyah. Bagaimana Al-Qur`an mendiskripsikan
tentang reproduksi manusia, hal ihwal proses penciptaan alam beserta frora dan
faunanya tentang awan peredaran matahari dan seterusnya yang semua itu dapat
dibuktikan keabsahannya melalui kacamata ilmiyah, sehingga menujukkan bahwa
Al-Qur`an sejalan dengan rasio dan akal manusia.
Adanya kisah-kisah misterius dalam Al-Qur`an,
menempatkannya sebagai ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai mulai
hulu peradaban umat manusia hingga hilirnya. Bahwa peristiwa-peristiwa tersebut
sengaja dihadirkan oleh Tuhan agar manusia mampu menjadikannya sebagai ‘ibrah
kehidupan. Ia merupakan sebuah metode yang dipilih Tuhan untuk menuangkan nilai
yang terkandung didalamnya.
Keistimewaan Al-Qur`an
yang paling esensi adalah petunjuk hukum secara kooperatif, komprehensif dan
holistik baik yang berkenaan masalah akidah, agama, sosial, pilitik dan ekonomi
yang secara umum bertolak pada azaz keadilan dan keseimbangan, baik secara
jasmani dan rohani, dunia dan akhirat atau manusia sebagai indifidu, social
masyarakat atau dengan Tuhannya. Demikianlah yang dapat penulis paparkan dan
akhirnya wallahu ‘alam bish-shawab.
B.
SARAN
Demikianlah dalam hal ini penulis
akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran
penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Amrullah,Fahmi,
Al-Qur’an untuk pemula,Jakarta:
CV. Artha Rivera,2008.
Shihab,M.Quraish,
Mukjizat al-quran, bandung: Pustaka Mizan,
1999.
Charisma,Moh. Chandiq, Tiga Aspek Kemukjizatan
Al-Quran,Surabaya, PT Bina Ilmu:1991.
Lih.
M. Syahrur, al-Kitab wa al-Quran (qiraatun mu’sharatu),
Syarikah Al-matbuu’ah littauzii’ wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI
,2000.
Sholih, Subhi,Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Tim Pustaka
Firdaus ,jakarta : pustaka Firdausi, 2001. Jabbar,Abu bakar,
Aysarut Tafasir ,Beirut : Daar Kutub Al-Ilmiyah, 1995. jil. I.
Qatthan, Manna, Mabahits Fi Ulumil Qur’an,Mesir:
Mansyuroti asril Hadist,1992.
Shihab,
M. Quraish, Mukjizat Al-Quran,Bandung : PT. Mizan Pustaka,2004.
Usman, Ulumul Qur’an,Yogyakarta: Teras, 2009.
Ash-Shiddieqy,Hasbi.
Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.Semarang: Pustaka Rizki
Putra. 2009. Ed. Ke-3.
[2] M.Quraish shihab, Mukjizat
al-quran, (bandung, pustaka mizan, 1999) hlm 23
[3]Ibid; hlm:23
[4] Ibid; hlm:24
[6] Ibid; hlm:3
[7] Ibid; hlm:4
[8]Lih.
M. Syahrur, al-Kitab wa al-Quran (qiraatun mu’sharatun),
Syarikah Al-matbuu’ah littauzii’ wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI 2000.
hal 179.
[9]] Subhi Sholih, Membahas
Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Tim Pustaka Firdaus (jakarta : pustaka Firdausi,
2001) hal. 427.
[10]Abu Bakar Jabbar, Aysarut
Tafasir (Beirut : Daar Kutub Al-Ilmiyah, 1995) jil. I, hal. 34.
[12] Ibid; :35
[13] Ibid; 36
[14] Shihab mukjizat,,, hlm;36-37
[18]Hasbi ash-Shiddieqy. Sejarah dan
Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. (Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2009).
Ed. Ke-3. Hlm. 130-133
Tidak ada komentar:
Posting Komentar